Minggu, 20 Oktober 2013

KAMPUNG RAWA AMBARAWA

Brosur Kampung Rawa Ambarawa




Foto-foto di Kampung Rawa Ambarawa










Saat ini udah ada jalan lingkar di Ambarawa, tiap kali lewat sana selalu tertarik dengan sebuah tempat yang berada ditengah sawah. Sepertinya sih tempat makan...
Akhirnya, beberapa waktu lalu ketika pulang dari jogja kita menyempatkan mampir kesana
Ternyata nama tempat itu Kampoeng Ambarawa, rumah makan lesehan dan pemancingan. Fasilitasnya juga udah lumayan lengkap untuk sebuah tempat yang baru dibuka. Ada motor ATV, perahu kayu, bebek air, becak air dan becak mini bendi. Kemarin ayah nyobain becak mini nya sama anak2.
Ternyata sudah ada Web nya juga. www.kampoengrawa.com
Alamat lengkapnya ada di Jl Lingkar Ambarawa KM 03 Kec. Ambarawa Kab. Semarang, Jawa Tengah. Telp (0298) 6170152.
Sepertinya usaha ini adalah usaha bersama yang didukung oleh koperasi simpan pinjam setempat..
Lumayan, sebagai tempat melepas lelah. Mungkin karena masih baru juga jadi belum begitu rapi, masih ada yang dibangun disana-sini. Karena ini adalah usaha rakyat, seharusnya didukung ya agar bisa lebih maju lagi.

Senin, 20 Mei 2013

WISATA RAWA PENING

Rawa Pening

taman wisata rawa pening
Rekreasi Keluarga | Taman Wisata Rawa Pening Kab Semarang


Rawa Pening adalah danau sekaligus tempat wisata air dengan luas 2.670 hektare yang menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Rawa Pening ini berada di cekungan terendah lereng Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Ungaran. Daya tarik yang ada di Rawa Pening: Wisata Tirta: dengan perahu tradisional, Penghasil enceng gondok sebagai bahan kerajinan, area pemancingan alam, Sumber mata pencaharian nelayan dan petani ikan, Obyek fotografi yang sangat mempesona.
rawa pening di pagi hari
Danau ini mengalami pendangkalan yang pesat. Di tengah tengahnya banyak sekali tumbuh enceng gondok yang hampir menutupi seluruh permukaannya sebagian menjadi tempat mencari ikan. Gulma ini juga sudah menutupi Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Usaha mengatasi spesies invasif ini dilakukan dengan melakukan pembersihan serta pelatihan pemanfaatan eceng gondok dalam kerajinan, namun tekanan populasi tumbuhan ini sangat tinggi. Saat menyewa perahu motor ke tengah rawa terasa sekali aura mistis dan misteriusnya, namun sayang segala potensi yang ada kurang bisa tergali karena pengelolaan yang terkesan seadanya. Untuk bisa ke tengah rawa pening ini bisa menyewa perahu motor dengan tarif 30 ribu rupiah untuk 30 menit max 6 orang. Rawa Pening juga merupakan salah satu tempat yang indah untuk foto foto Pre Wedding.

Minggu, 05 Mei 2013

LEGENDA RAWA PENING - AMBARAWA - KABUPATEN SEMARANG

Rawa Pening adalah sebuah danau yang merupakan salah satu obyek wisata air di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan terendah antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Rawa Pening memiliki ukuran sekitar 2.670 hektar yang menempati empat wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Menurut cerita, danau ini terbentuk akibat suatu peristiwa yang pernah terjadi di daerah tersebut. Peristiwa apakah itu? Berikut kisahnya dalam cerita Legenda Rawa Pening.

* * *
Dahulu, di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo terdapat sebuah desa bernama Ngasem. Di desa itu tinggal sepasang suami-istri yang bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta yang dikenal pemurah dan suka menolong sehingga sangat dihormati oleh masyarakat. Sayangnya, mereka belum mempunyai anak. Meskipun demikian, Ki Hajar dan istrinya selalu hidup rukun. Setiap menghadapi permasalahan, mereka selalu menyelesaikannya melalui musyawarah.
Suatu hari, Nyai Selakanta duduk termenung seorang diri di depan rumahnya. Tak lama kemudian, Ki Hajar datang menghampiri dan duduk di sampingnya.
“Istriku, kenapa kamu terlihat sedih begitu?” tanya Ki Hajar.
Nyai Selakanta masih saja terdiam. Ia rupanya masih tenggelam dalam lamunannya sehingga tidak menyadari keberadaan sang suami di sampingnya. Ia baru tersadar setelah Ki Hajar memegang pundaknya.
“Eh, Kanda,” ucapnya dengan terkejut.
“Istriku, apa yang sedang kamu pikirkan?” Ki Hajar kembali bertanya.
“Tidak memikirkan apa-apa, Kanda. Dinda hanya merasa kesepian, apalagi jika Kanda sedang pergi. Sekiranya di rumah ini selalu terdengar suara tangis dan rengekan seorang bayi, tentu hidup ini tidak sesepi ini,” ungkap Nyai Selakanta, “Sejujurnya Kanda, Dinda ingin sekali mempunyai anak. Dinda ingin merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.”
Mendengar ungkapan isi hati istrinya, Ki Hajar menghela nafas panjang.
“Sudahlah, Dinda. Barangkali belum waktunya Tuhan memberi kita anak. Yang penting kita harus berusaha dan terus berdoa kepada-Nya,” ujar Ki Hajar.
“Iya, Kanda,” jawab Nyai Selakanta sambil meneteskan air mata.
Ki Hajar pun tak kuasa menahan air matanya melihat kesedihan istri yang amat dicintainya itu.
“Baiklah, Dinda. Jika memang Dinda sangat menginginkan anak, izinkanlah Kanda pergi bertapa untuk memohon kepada Yang Mahakuasa,” kata Ki Hajar.
Nyai Selakanta pun memenuhi keinginan suaminya, meskipun berat untuk berpisah. Keesokan harinya, berangkatlah Ki Hajar ke lereng Gunung Telomoyo. Tinggallah kini Nyai Selakanta seorang diri dengan hati semakin sepi.
Berminggu-minggu, bahkan sudah berbulan-bulan Nyai Selakanta menunggu, namun sang suami belum juga kembali dari pertapaannya. Hati wanita itu pun mulai diselimuti perasaan cemas kalau-kalau terjadi sesuatu pada suaminya.
Suatu hari, Nyai Selakanta merasa mual dan kemudian muntah-muntah. Ia pun berpikir bahwa dirinya sedang hamil. Ternyata dugaannya benar. Semakin hari perutnya semakin membesar. Setelah tiba saatnya, ia pun melahirkan. Namun, alangkah terkejutnya ia karena anak yang dilahirkan bukanlah seorang manusia, melainkan seekor naga.
Ia menamai anak itu Baru Klinthing. Nama ini diambil dari nama tombak milik suaminya yang bernama Baru Klinthing. Kata “baru” berasal dari kata bra yang artinya keturunan Brahmana, yaitu seorang resi yang kedudukannya lebih tinggi dari pendeta. Sementara kata “Klinthing” berarti lonceng.
Ajaibnya, meskipun berwujud naga, Baru Klinthing dapat berbicara seperti manusia. Nyai Selakanta pun terheran-heran bercampur haru melihat keajaiban itu. Namun di sisi lain, ia juga sedikit merasa kecewa. Sebab, betapa malunya ia jika warga mengetahui bahwa dirinya melahirkan seekor naga. Untuk menutupi hal tersebut, ia pun berniat untuk mengasingkan Baru Klinthing ke Bukit Tugur. Tapi sebelum itu, ia harus merawatnya terlebih dahulu hingga besar agar dapat menempuh perjalanan menuju ke lereng Gunung Telomoyo yang jaraknya cukup jauh. Tentu saja, Nyai Selakanta merawat Baru Klinthing dengan sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan warga.
Waktu terus berjalan. Baru Klinthing pun tumbuh menjadi remaja. Suatu hari, anak itu bertanya kepada ibunya. 
“Bu, apakah aku mempunyai ayah?” tanyanya dengan polos.
Nyai Selakanta tersentak kaget. Ia benar-benar tidak pernah menduga pertanyaan itu keluar dari mulut anaknya. Namun, hal itu telah menyadarkan dirinya bahwa sudah saatnya Baru Klinthing mengetahui siapa ayahnya. 
“Iya, anakku. Ayahmu bernama Ki Hajar. Tapi, ayahmu saat ini sedang bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Pergilah temui dia dan katakan padanya bahwa engkau adalah putranya,” kata Nyai Selakanta.
“Tapi, Bu. Apakah ayah mau mempercayaiku dengan tubuhku seperti ini?” tanya Baru Klinthing dengan ragu.
“Jangan khawatir, Anakku! Bawalah pusaka tombak Baru Klinthing ini sebagai bukti,” ujar Nyai Selakanta, “Pusaka itu milik ayahmu.”
Setelah memohon restu dan menerima pusaka dari ibunya, Baru Klinthing berangkat menuju lereng Gunung Telomoyo. Setiba di sana, masuklah ia ke dalam gua dan mendapati seorang laki-laki sedang duduk bersemedi. Kedatangan Baru Klinting rupanya mengusik ketenangan pertapa itu.
“Hai, siapa itu?” tanya pertapa.
“Maafkan saya, tuan, jika kedatangan saya mengganggu ketenangan Tuan,” kata Baru Klinting.
Betapa terkejutnya pertapa itu saat melihat seekor naga yang dapat berbicara.
“Siapa kamu dan kenapa kamu bisa berbicara seperti manusia?” tanya pertapa itu dengan heran.
“Saya Baru Klinthing,” jawab Baru Klinthing. “Kalau boleh tahu, apakah benar ini tempat pertapaan Ki Hajar?”
“Iya, aku Ki Hajar. Tapi, bagaimana kamu tahu namaku? Siapa kamu sebenarnya?” tanya pertapa itu penasaran.
Mendengar jawaban itu, Baru Klinthing langsung bersembah sujud di hadapan ayahnya. Ia kemudian menjelaskan siapa dirinya. Awalnya, Ki Hajar tidak percaya jika dirinya memiliki anak berujud seekor naga. Ketika naga itu menunjukkan pusaka Baru Klinthing kepadanya, Ki Hajar pun mulai percaya. Namun, ia belum yakin sepenuhnya.
“Baiklah, aku percaya jika pusaka Baru Klinthing itu adalah milikku. Tapi, bukti itu belum cukup bagiku. Jika kamu memang benar-benar anakku, coba kamu lingkari Gunung Telomoyo ini!” ujar Ki Hajar.
Baru Klinthing segera melaksanakan perintah tersebut untuk meyakinkan sang ayah. Berbekal kesaktian yang dimiliki, Baru Klinting berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Akhirnya, Ki Hajar pun mengakui bahwa naga itu adalah anaknya. Setelah itu, ia kemudian memerintahkan anaknya untuk bertapa di Bukit Tugur.
“Pergilah bertapa ke Bukit Tugur!” ujar Ki Hajar, “Suatu saat kelak, tubuhmu akan berubah menjadi manusia.”
“Baik,” jawab Baru Klinthing.
Sementara itu, tersebutlah sebuah desa bernama Pathok. Desa ini sangat makmur, namun sayang penduduk desa ini sangat angkuh. Suatu ketika, penduduk Desa Pathok bermaksud mengadakan merti dusun (bersih desa), yaitu pesta sedekah bumi setelah panen. Untuk memeriahkan pesta, akan digelar berbagai pertunjukan seni dan tari. Berbagai makanan lezat pun akan disajikan sebagai hidangan bersama dan jamuan untuk para tamu undangan. Untuk itulah, para warga beramai-ramai berburu binatang di Bukit Tugur.
Sudah hampir seharian mereka berburu, namun belum satu pun binatang yang tertangkap. Ketika hendak kembali ke desa, tiba-tiba mereka melihat seekor naga sedang bertapa. Naga ini tak lain adalah Baru Klinthing. Mereka pun beramai-ramai menangkap dan memotong-motong daging naga itu lalu membawanya pulang. Setiba di desa, daging naga itu mereka masak untuk dijadikan hidangan dalam pesta.
Ketika para warga sedang asyik berpesta, datanglah seorang anak laki-laki yang tubuhnya penuh dengan luka sehingga menimbulkan bau amis. Rupanya, anak laki-laki itu adalah penjelmaan Baru Klinthing. Oleh karena lapar, Baru Klinthing pun ikut bergabung dalam keramaian itu. Saat ia meminta makanan kepada warga, tak satu pun yang mau memberi makan. Mereka justru memaki-maki, bahkan mengusirnya.
“Hai, pengemis. Cepat pergi dari sini!” usir para warga, “Tubuhmu bau amis sekali.”
Sungguh malang nasib Baru Klinthing. Dengan perut keroncongan, ia pun berjalan sempoyongan hendak meninggalkan desa. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang janda tua bernama Nyi Latung.
“Hai, anak muda. Kenapa kamu tidak ikut berpesta?” tanya Nyi Latung.
“Semua orang menolak kehadiranku di pesta itu. Mereka jijik melihat tubuhku,” jawab Baru Klinthing, “Padahal, saya lapar sekali.”
Nyi Latung yang baik hati itu pun mengajak Baru Klinthing ke rumahnya. Nenek itu segera menghidangkan makanan lezat.
“Terima kasih, Nek,” ucap Baru Klinthing, “Ternyata masih ada warga yang baik hati di desa ini.”
“Iya, cucuku. Semua warga di sini memiliki sifat angkuh. Mereka pun tidak mengundang Nenek ke pesta karena jijik melihatku,” ungkap Nyi Latung.
“Kalau, begitu. Mereka harus diberi pelajaran,” ujar Baru Klinthing. “Jika nanti Nenek mendengar suara gemuruh, segeralah siapkan lesung kayu (lumpang: alat menumbuk padi)!”
Baru Klinthing kembali ke pesta dengan membawa sebatang lidi. Setiba di tengah keramaian, ia menancapkan lidi itu ke tanah.
“Wahai, kalian semua. Jika kalian merasa hebat, cabutlah lidi yang kutancapkan ini!” tantang Baru Klinthing.
Merasa diremehkan, warga pun beramai-ramai hendak mencabut lidi itu. Mula-mula, para anak kecil disuruh mencabutnya, tapi tak seorang pun yang berhasil. Ketika giliran para kaum perempuan, semuanya tetap saja gagal. Akhirnya, kaum laki-laki yang dianggap kuat pun maju satu persatu. Namun, tak seorang pun dari mereka yang mampu mencabut lidi tersebut.
“Ah, kalian semua payah. Mencabut lidi saja tidak bisa,” kata Baru Klinthing.
Baru Klinthing segera mencabut lidi itu. Karena kesaktiannya, ia pun mampu mencabut lidi itu dengan mudahnya. Begitu lidi itu tercabut, suara gemuruh pun menggentarkan seluruh isi desa. Beberapa saat kemudian, air menyembur keluar dari bekas tancapan lidi itu. Semakin lama semburan air semakin besar sehingga terjadilah banjir besar. Semua penduduk kalang kabut hendak menyelamatkan diri. Namun, usaha mereka sudah terlambat karena banjir telah menenggelamkan mereka. Seketika, desa itu pun berubah menjadi rawa atau danau, yang kini dikenal dengan Rawa Pening.
Sementara itu, usai mencabut lidi, Baru Klinthing segera berlari menemui Nyi Latung yang sudah menunggu di atas lesung yang berfungsi sebagai perahu. Maka, selamatlah ia bersama nenek itu. Setelah peristiwa itu, Baru Klinthing kembali menjadi naga untuk menjaga Rawa Pening.
* * *
Demikian cerita Legenda Rawa Pening dari Jawa Tengah. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah sifat angkuh, sombong, dan tidak menghargai orang lain adalah sifat tidak terpuji. Saling membantu dan saling tolong menolong merupakan perbuatan baik yang patut untuk dicontoh, tanpa memandang latar belakang status sosial, agama, asal, dan kondisi fisik orang yang ditolong.

Minggu, 28 April 2013

Wisata budaya Candi Gedongsongo

CANDI GEDONG SONGO
28 April 2013

    • Lokasi : Dusun Darum, Desa Candi, Kec. Bandungan
    • Jarak tempuh :
      • Gedong Songo - Kota Ungaran : 19 km
      • Gedong Songo - Kota Ambarawa : 13 km
      • Gedong Songo - Kota Semarang : 30 km
    • Daya Tarik :
      • Wisata Sejarah: Salah satu penginggalan Hindu Sanjaya pada abad IX (tahun 927 M)
      • Wisata Alam: Panorama alam pegunungan dengan hawa yang sejuk, dan terdapat pemandian air panas.
      • Area perkemahan, Panjat tebing Alam
    • Daya Dukung Wisata :
      • Hotel (dengan paket murah)
      • Jasa Kuda sebagai transportasi
    • Deskripsi :
      Candi Gedongsongo merupakan sebuah komplek candi hindu yang berada di kaki Gunun Ungaran, tepatnya di dusun darum, Desa Candi, Kecamata Bandungan Kabupaten Semarang yang berjarak 9 km dari kecamatan Ambarawa dan 12 km dari kota Ungaran. Ditemukan oleh
      Thomas Stamford Raffles dari inggris pada tahun 1804. Candi Gedongsong termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Sanjaya pada abad IX (tahun 921 M). Candi ini sebetulnya terdiri dari 9 bangunan namun saat ini hanya tinggal 4 bangunan yang masih utuh sementara 5 lainnya hanya tinggal puing. Candi Gedong songo selain sebagai tempat wisata budaya, juga merupakan obyek wisata alam dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah dimana pengunjung bisa melihat indahnya jajaran gunung berapi mulai dari Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing hal ini bisa didapati jika cuaca cerah dan tidak ada mendung, juga hamparan membiru Rawa Pening bisa terlihat dari lokasi ini. Obyek Wisata ini dilengkapi pula dengan pemandian air panas, area perkemahan, wisata berkuda, Wahana panjat tebing alam dan saat ini dilengkapi dengan cottage (Vanna Prasta) di area Hutan Pinus diatas candi 1.

  • Gedongsongo Temple is a complex of Hinduism heritage buildings located in Darum sub-village, Candi Village, Bandungan sub-district Semarang regency at the slope of Ungaran Mount about 9 Kilometers away from Ambarawa sub district and 12 Kilometers from Ungaran town. This temple claimed to be found by Thomas Stamford Raffles from England in 1804. Gedongsongo temple built around 9th century (912 AD) when it’s ruled by Sanjaya Dynasty. It was consist of 9 separated temples, which unfortunetly only 4 of them are still completed while 5 other temples in ruin. Gedongsongo temple is not only known as Culteral torism object but the fresh air and the beauty of it’s scenery made this temple as a natural tourism object by visitors. The range of Mount Volcanoes can be seen from here such as Telomoyo Mount, Merbabu Mount, Mount of Merapi, Mount of Sindoro and Mount Of Sumbing if the weather is good and not cloudy. The spread of Rawa Pening Swamp can also be seen from this location. This object equipped with hot spring pool, camping area, horse ridding tour, natural rock climbing, this time this temple also has a cottage (Vanna Prasta) in the area of pine forest.
    Jajaran Candi Gedongsongo dilihat dari berbagai sudut.



    Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang. Kabut tipis turun dari atas gunung sering muncul mengakibatkan mata tidak dapat memandang Candi Gedongsongo dari kejauhan. Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin.


    Untuk menuju ke Candi Gedong I, kita harus berjalan sejauh 200 meter melalui jalan setapak yang naik. Terletak diketinggian 1.208 mdpl. Bentuk atap candinya terdiri atas 3 tingkat. Masing-masing tingkat dihiasi oleh segitiga-segitiga dengan ukiran. Di dalam candi 1 ini terdapat Yoni namun tanpa Lingga.


    ­­­­­­­­­­­­­­­­­­

    Candi Gedong II

    Terletak diketinggian 1.274 mdpl. Terdapat 2 candi yaitu candi induk (menghadap barat) dan dihadapannya terdapat sebuah candi Perwara (menghadap timur) yang telah runtuh. Atapnya tersusun atas 4 tingkat dengan stupa dan hiasan Antefix. Artefix adalah ukiran seorang dewa dalam posisi bersila berada di dalam segitiga berukiran pot dengan salur-salur daunnya.


    Candi Gedong III
    Terletak pada ketinggian 1.297 mpdl. Candi ini memiliki 3 buah bangunan terdiri dari satu candi induk dan dua candi pendamping dengan formasi membentuk huruf L. tepat di muka candi induk yang menghadap kea rah barat, ada bangunan yang dulu dipergunakan sebagai tempat para pendeta beristirahat.


    Disela-sela antara Candi Gedong III dengan Gedong IV terdapat sebuah kepunden gunung sebagai sumber air panas dengan kandungan belerang cukup tinggi. Para wisatawan dapat mandi dan menghangatkan tubuh disebuah pemandian yang dibangun di dekat kepunden tersebut. Bau belerangnya cukup kuat dan kepulan asapnya lumayan tebal ketika mendekati sumber air panas tersebut.



    Candi Gedong IV
    Terletak pada ketinggian 1.295 mpdl. Candi ini mempunyai keunikan tersendiri . Ada 8 candi yang mengelilingi candi utama.Ini bisa dilihat dari puing-puing yang berformasi 2 candi di samping kanan-kiri, sebuah di belakang dan tiga buah di depan candi utama.

    Candi Gedong V
    Terletak pada ketinggian 1.308 mpdl., terdapat dua halaman yang tidak sama tingginya, di halaman pertama terdapat candi induk yang diapit dua buah reruntuhan Candi Perwara. Sedangkan pada halaman kedua terdapat dua buah reruntuhan Candi Perwara bentuk candi kelima ini mirip dengan candi keempat.

    Karena keindahannya Candi Gedong Songo ini sering menjadi tempat yang indah untuk foto foto Pre Wedding.

    Tiket Masuk: Rp 6.000/orang di hari biasa, Rp 7.500/orang pada hari Libur dan Rp 50.000/orang(Wisatawan Asing). Anda bisa memanfaatkan jasa transportasi kuda untuk berwisata mengelilingi obyek wisata Candi Gedongsongo.

    Tarif Jasa Naik Kuda Candi Gedong Songo
    - Wisata Desa Rp 25.000 (Wisman Rp 35.000)
    - Ke Air Panas Rp 40.000 (Wisman Rp 60.000)
    - Ke Candi II Rp 30.000 (Wisman Rp 40.000)
    - Paket candi Songo Rp 50.000 (Wisman Rp 70.000) Untuk menuju Candi Gedong Songo diperlukan perjalanan sekitar 20 menit dari Ambarawa dengan jalanan yang naik, dan kemiringannya sangat tajam. Lokasi candi juga dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari obyek wisata Bandungan. Berikut daftar jarak tempuh menuju candi ini.
    - Ungaran – Gedong Songo : 19 km
    - Ambarawa – Gedong Songo : 13 km
    - Semarang – Gedong Songo : 30 km

Kamis, 25 April 2013

Objek Wisata Kabupaten Semarang


Penggaron
# Lokasi : Kota Ungaran
# Jarak tempuh :
* Penggaron - Kota Ungaran : 2 km
* Penggaron - Kota Semarang : 15 km

# Daya Tarik :
* Wisata Alam: Panorama alam pegunungan dengan hawa yang sejuk, dan terdapat pemandian air panas.
* area perkemahan
* Lapangan Golf

# Daya Dukung Wisata :
* Tempat bermain anak-anak, Hawa sejuk

# Deskripsi :
Wanawisata Penggaron merupakan lokasi pengamatan burung (bird watching) yang cukup bagus. Selain lokasinya yang sangat dekat dengan kota, Wanawisata Penggaron juga memiliki koleksi hidupan liar terutama burung yang cukup banyak dan menarik. SBC mencatat setidaknya 97 spesies yang terdapat dalam wanawisata tersebut. Dengan beberapa spesies yang menarik seperti Merak Hijau, Elang Ular Bido, Kadalan Birah, Kadalan Kembang dan beberapa raptor migran.

Siwarak (Tirto Agung)
# Lokasi : Desa Siwarak, Kec. Ungaran
# Jarak tempuh :
* Siwarak - Kota Ungaran : 2 km
* Siwarak - Kota Semarang : 23 km

# Daya Tarik :
* Kolam Renang: dengan mata air alami yang bersih dan sehat
* Pemandangan yang indah
* Kolam Pemancingan

# Daya Dukung Wisata :
* Warung makan dengan aneka makanan khas, dekat dengan hotel Indrakila

Semirang
* Lokasi : Desa Gogik Kec. Ungaran
* Jarak tempuh :
o Semirang - Kota Ungaran : 5 km
o Semirang - Kota Semarang : 25 km

* Daya Tarik :
o Wisata Alam
o Air terjun
o hawa sejuk, pemandangan alam yang indah bernuansa pedesaan

Palagan Ambarawa
* Lokasi : Pusat Kota Ambarawa
* Jarak tempuh :
o Palagan - Kota Ungaran : 15 km
o Palagan - Kota Semarang : 35 km

* Daya Tarik :
o Wisata Sejarah: Museum senjata yang digunakan pejuang RI pada waktu perang kemerdekaan
o Monumen: monumen tonggak sejarah bangsa indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan

* Daya Dukung Wisata :
o Dekat dengan Museum kereta api
o Transportasi mudah

* Deskripsi :
Adalah sebuah monumen sejarah Bangsa Indonesia yang dilengkapi dengan museum yang mempunyai koleksi persenjataan kuno peninggalan penjajah. Lokasinya pun mudah dijangkau, karena berada dipinggir jalan utama Semarang Jogja serta dekat dengan wisata musium kerata api karena letaknya dikota Ambarawa.

Bandungan
* Lokasi : Keluranan Bandungan, Kec. Ambarawa
* Jarak tempuh :
o Bandungan - Kota Ungaran : 12 km
o Bandungan - Kota Ambarawa : 7 km
o Bandungan - Kota Semarang : 23 km

* Daya Tarik :
o Wisata Alam : wisata olah raga (jogging dangan hawa pegunungan, kolam renang dengan mata air alami, lap. tennis)
o hawa sejuk, pemandangan alam yang indah bernuansa pedesaan/pegunungan
o Pasar Bunga, sayur dan Buah segar
o tempat konferensi
o Area Perkemahaan
o Tempat Peristirahatan

* Daya Dukung Wisata :
o Hotel Berbintang
o Hotel Melati
o Pasar Buah, Bunga dan sayur-mayur segar (langsung dari petani)

* Deskripsi :
Merupakan tempat peristirahatan dengan kesegaran udara dalam suasana alam pegunungan penuh pesona lengkap dengan fasilitas tempat rekreasi.terdapat pula Pasar tradisional yang menyediakan sayur mayur khas Bandungan, Taman bermain anak-anak dan taman bagi orang dewasa serta kolam renang dengan kelengkapan berbagai fasilitasnya

Candi Gedong Songo

* Lokasi : Desa Candi, Kec. Ambarawa
* Jarak tempuh :
o Gedong Songo - Kota Ungaran : 19 km
o Gedong Songo - Kota Ambarawa : 14 km
o Gedong Songo - Kota Semarang : 36 km
* Daya Tarik :
o Wisata Sejarah: Salah satu penginggalan Hindu Syailendra pada abad IX (tahun 927 M)
o Wisata Alam: Panorama alam pegunungan dengan hawa yang sejuk, dan terdapat pemandian air panas.
o Area perkemahan, Panjat tebing Alam, Dinding Panjat Buatan

* Daya Dukung Wisata :
o Hotel (dengan paket murah)
o Jasa Kuda sebagai transportasi

* Deskripsi :
Sebuah komplek candi yang berada di kaki Gunun Ungaran,tepatnya di Desa Candi, Kecamata Ambarawa yang berjarak 9 km dari kota Ambarawa dan 12 km dari kota Ungaran. Ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804 Candi Gedongsong termasuk salah satu peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Sanjaya pada abad IX (tahun 921 M).Juga merupakan wisata alam dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah juga dilengkapi pula dengan pemandian air panas, area perkemahan, wisata berkuda, Wahana panjat tebing alam dan buatan. Disekitar lokasi juga terdapat Penginapan dan hotel.

Sido Mukti
# Lokasi : Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan
# Jarak tempuh :
* Sidomukti - Kota Ungaran : 12 km
* Sidomukti - Kota Ambarawa : 7 km
* Sidomukti - Kota Semarang : 23 km

# Daya Tarik :
* Kolam Renang: dengan mata air alami pegununganyang bersih dan sehat
* Pemandangan yang indah
* Berbagai wahana permainan Outbound
* Flying Fox terpanjang di Asia Tenggara

# Daya Dukung Wisata :
* Wahana Outbound yang sangat lengkap
* Transportasi kuda wisata
* Villa
* Homestay murah

# Deskripsi :
Sidomukti merupakan wisata dengan konsep REAL atau Recreation (hiburan), Education (pendidikan), Adventure (petualangan), dan Leisure (pengisian waktu senggang). Di lahan PT PAS seluas 36 hektare tersebut, kini juga digunakan untuk outbound dan bumi perkemahan modern. Ada pula sekitar 400 hektare lahan Perhutani yang layak untuk wisata hutan

Bukit Cinta
* Lokasi : Desa Rowo Pening, Kec. Banyubiru
* Jarak tempuh :
o Blater - Kota Ungaran : 15 km
o Dari jalan raya soekarno-Hatta : 7,5 km
o Berada di lereng Gunung Ungaran

* Daya Tarik :
o Wisata Alam: Tepi Rawa Pening dengan panorama yang indah
o Tempat memadu kasih pasangan pengantin baru

* Daya Dukung Wisata : Warung dengan sajian khas pecel lele, sate kerang, dan makanan ikan air tawar.

* Deskripsi :
Terletak di Ds. Kebundowo dengan panorama Rawa Pening yang mempunyai hamparan air membiru serta pesona hijaunya bukit Brawijaya dan dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata, tempat untuk menikmati pemandangan telaga dan pangkalan perahu-perahu wisata yang mengelilingi telaga, dilengkapi tempat parkir dan gardu pandang dan taman bermain anak. Secara umum, berpotensi sebagai kawasan pusat olah raga perairan bagi Rawa Pening seperti dayung, ski air, para sailing dsb.

Museum Kereta Api Ambarawa

# Lokasi : Pusat Kota Ambarawa
# Jarak tempuh :
* Museum KA - Kota Ungaran : 15 km
* Museum KA - Kota Semarang : 35 km

# Daya Tarik :
* Wisata Sejarah: Satu-satunya museum peninggalan berteknologi kuno di Indonesia yang digunakan sebagai alat transportasi Bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan sampai dengan tahun tahun 1964
* Nilai historis dari alat transportasi berupa ketel uap yang merupakan implikasi penemuan mesin uap oleh James Watt.
* Menyediakan paket wisata menumpang kereta api tenaga uap melalui rel bergerigi.

# Daya Dukung Wisata :
* Sejumlah hotel melati dan bintang
* Transportasi mudah

Rawa Pening
# Lokasi :
Di lereng gunung Merbabu, Telomoyo, Ungaran dan Kendali Sodo. Berada diwilayah kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang dan Banyubiru.
# Jarak tempuh :
* Rawa Pening - Kota Ungaran : 15 km
* Rawa Pening - Kota Semarang : 45 km
* Rawa Pening - Kota Salatiga : 5 km

# Daya Tarik :
* Wisata Tirta: dengan perahu tradisional
* area pemancingan alam
* Penghasil enceng gondok sebagai bahan kerajinan
* Sumber mata pencaharian nelayan dan petani ikan.
* sebagai sarana pembangkit listrik
* Obyek fotografi yang sangat mempesona

# Daya Dukung Wisata :
* Tempat bermain anak-anak, Hawa sejuk

# Deskripsi :
Rawa Pening ("pening" berasal dari "bening") adalah danau sekaligus tempat wisata air dengan luas 2.670 hektare. Ia menempati wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru. Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran.

Pemandian Muncul
* Lokasi : Desa Rowo Boni, Kec. Banyubiru
* Jarak tempuh :
o Pemandian Muncul - Kota Ungaran : 21 km
o Pemandian Muncul - Kota Semarang : 45 km
o Pemandian Muncul - Kota Ambarawa : 8 km

* Daya Tarik :
o Pemandian alam : Pemandian dengan sumber air alam, dimana mata airnya muncul dari dasar kolam
o Wisata Alam: Panorama alam dengan hawa yang sejuk

* Daya Dukung Wisata :
o Area parkir luas, disekitarnya banyak terdapat warung-warung dengan masakan khas ikan rawa

* Deskripsi :
Pemandian alam dari sumber air alami yang terletak di Desa Rowoboni. Kawasan Muncul dimanfaatkan sebagi obyek wisata yang menyajikan atraksi kolam renang, pembibitan dan pemacingan ikan. Pesona hamparan sawah yang dibelah oleh sungai kecil dengan panorama alam bukit Muncul.

Umbul Songo
# Lokasi : Desa Kopeng, Kecamatan Getasan
# Jarak tempuh :
* Kopeng - Kota Ungaran : 35 km
* Kopeng - Kota Semarang : 54 km
* Kopeng - Kota Salatiga : 14 km

# Daya Tarik :
* Wisata Alam: alam pegunungan dengan hawa yang sejuk(ketinggian 150 dpl)
* Kolam Renang: kawasan hutan pinus
* Area Perkemahan

# Daya Dukung Wisata :
* Transportasi mudah dijangkau (dengan kendaraan roda dua atau empat)
* Dilalui jalur bus umum jurusan Salatiga - Magelang
* Tersedia hotel melati disekitar obyek wisata

Kopeng
* Lokasi : Desa Kopeng, Kec. Getasan
* Jarak tempuh :
o Kopeng - Kota Ungaran : 25 km
o Kopeng - Kota Semarang : 45 km
* Daya Tarik :
o Wisata Alam: Panorama alam pegunungan lereng Gunung Merbabu dengan hawa yang sejuk.
o Pasar sayur dan buah

* Daya Dukung Wisata :
o Lokasi mudah dijangkau, area yang luas, dapat digunakan santai bersama keluarga.
o Hotel, Rumah makan, Kolam Renang
o dilalui jalur bus jurusan Salatiga - Magelang

* Deskripsi :
Terletak kurang lebih 14 km arah baratdaya dari kota Salatiga yang di kelola oleh Puskopad A Dam IV Diponegoro, terkenal dengan suasana dan panorama alam pegunungan yang menarik, terdapat berbagai fasilitas rekreasi, seperti bungalow, kolam renang, penginapan dan restoran yang dikelilingi taman bunga, kolam pemancingan serta bumi perkemahan. Pasar sayur mayur, buah-buahan dan tanaman hias hasil pertanian masyarakat sekitar serta cinderamata khas Kopeng

Langen Tirto Muncul

# Lokasi : Desa Rowo Bone, Kec. Banyubiru
# Jarak tempuh :
* Langen Tirto - Kota Salatiga : 7 km
* Langen Tirto - Kota Ambarawa : 8 km
* terletak di lereng gunung Gajah Mungkur

# Daya Tarik :
* Wisata Alam: Wisata alam yang dipadukan dengan wisata pendidikan.
* Kolam Pancing, Rumah Makan, Kebun binatang mini
* Lapangan Golf

# Daya Dukung Wisata :
* Tempat bermain anak-anak, Hawa sejuk
* Transportasi mudah [Image: gedung-songo.jpg]

Minggu, 21 April 2013

RAWA PENING, WISATA AIR DI JAWA TENGAH





Rawa PeningRawa pening merupakan danau alam yang mempunyai area seluas 2.670 ha yang menempati 4 kecamatan sekaligus yakni kecamatan Ambarawa, kecamatan Bawen, kecamatan Tuntang dan kecamatan Banyubiru yang semuanya berada di kabupaten Semarang. Tempat ini sangat cocok untuk rekreasi bersama keluarga, dengan adanya taman yang indah dan asri.
Untuk mengarungi danau kita dapat menyewa perahu yang disewakan dipinggir danau. Dengan harga sewa kurang lebih Rp. 25.000,- anda dapat memakai perahu dengan kapasitas 5 hingga 10 orang tersebut selama 1 jam. Jadi kalau naiknya rama ramai jadi murah untuk ongkos sewanya. Tempat wisata ini buka mulai pukul 08.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB, dan pada malam hari dikawasan tersebut sangat ramai, kebanyakan mereka ingin menikmati ikan bakar yang berada diluar taman danau tersebut. Kedai dan warung makan tradisional banyak terdapat disekitar danau tersebut yang menyediakan ikan gurami bakar.

 
Bagi anda yang senang dengan fotografer dan berburu gambar sunrise disarankan datang sekitar pukul 5 pagi. Pada pagi hari biasanya para penduduk sekitar yang mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan akan terlihat menjala ikan di danau tersebut selain itu masyarakat juga memanfaatkan enceng gondok yang sangat banyak tumbuh di areal danau tersebut sebagai bahan kerajinan.
Rawa pening seperti halnya tempat lain juga mempunyai cerita legenda yang sampai saat ini masih dipercayai oleh warga setempat. Yakni legenda terciptanya danau tersebut. Menurut cerita masyarakat setempat keberadaan danau atau rawa pening ini merupakan kisah seorang anak muda yang awal mulanya merupakan seekor ular namun setelah bertapa kemudian berubah menjadi seorang manusia yang bernama Baru Klinthing yang kala itu datang kedesa tersebut, namun kehadirannya didesa tersebut ditolak dikarenakan tubuhnya yang penuh luka dan berbau amis. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan seorang nenek tua yang juga mengalami hal serupa yakni ditolak oleh masyarakat tersebut. Nenek tersebut akhirnya member makan pemuda tersebut dan setelah makan di rumah nenek tersebut kembalilah si pemuda Baru Klinting tersebut ke desa dimana dia ditolak tadi.

Kemudian ditengah kerumunan orang orang pemuda tersebut Rawa Peningmenancapkan lidi ke tanah dan menantang setiap orang yang ada untuk mencabutnya kembali baik anak anak hingga dewasa dan orang tua. Namun tak satu orangpun dapat melakukan hal tersebut, yang akhirnya oleh Baru Klinthing lidi tersebut dicabut dan ajaibnya dari bekas tancapan lidi tersebut menyembur air yang banyak yang akhirnya menenggelamkan seluruh warga terkecuali seorang nenek yang menolong baru Klinting tadi karena sudah dipesan dari awal jika terjadi banjir maka diinta untuk menaiki lesung atau tempat menumbuk padi yang menyerupai perahu.
Cerita tersebut masih dipercaya oleh warga sekitar, dimana pemuda  Baru Klinthing tersebut menjadi penjaga rawa tersebut dan berubah kembali menjadi ular yang besar yang terkadang menurut warga sekitar menampakkan diri di telaga tersebut.
How to get there :
  1. Dengan kendaraan umum dari Yogyakarta jurusan Semarang dan turun di terminal Ambarawa kemudian dilanjut dengan angkot yang menuju kearah rawa pening.
  2. Kendaraan Pribadi baik roda dua maupun roda empat
Tempat terdekat :
  1. Museum Kereta Api Ambarawa, melihat kereta dari masa kemasa
  2. Kampung Kopi Banaran, Taman sekaligus tempat ngopi
  3. Kopi Eva, tempat menikmati Kopi

Keindahan Sederhana di Tengah Rawa Pening



AMBARAWA, KOMPAS.com - Bagi para pemudik dari kawasan Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya yang melewati Semarang, ada pilihan tempat istirahat yang menawarkan keindahan istimewa.  Tempat tersebut bernama kompleks objek wisata dan restoran RM Kampoeng Rawa.
Kompleks yang masih relatif baru ini terletak di tepi Jalan Lingkar Ambarawa (JLA) yang juga baru diresmikan. Dari arah Yogyakarta, kompleks ini terletak di sisi kanan jalan, dan langsung mudah dikenali dengan bentuk bangunan-bangunan beratap joglo yang terletak di tengah hamparan sawah dan rawa menghijau.
Pengamatan Kompas hari Jumat (24/8/2012), tempat wisata ini memiliki pemandangan indah danau Rawa Pening dan perbukitan dan pegunungan yang mengelilingi rawa tersebut. Restoran Kampoeng Rawa dikonsep sebagai restoran terapung dalam arti sebenarnya.
Bangunan pondok-pondok tempat makan benar-benar dibangun di atas rakit yang terbuat dari drum-drum plastik bekas. Bahkan untuk menuju restoran ini, pengunjung harus menyeberang seruas rawa menggunakan rakit yang ditarik tali, seperti rakit penyeberangan sungai.
Rumah makan ini menyediakan berbagai pilihan makanan, mulai dari berbagai ikan air tawar segar dari danau Rawa Pening yang dimasak dengan beraneka bumbu, sampai masakan-masakan "standar" seperti nasi goreng, mie goreng, dsb. Udara di kawasan ini sungguh sejuk, dengan angin gunung mengalun sepoi-sepoi.
Di pondok-pondok makan lesehan, pemudik bisa istirahat meluruskan punggung sejenak sambil menikmati pemandangan dan udara sejuk. Bagi anak-anak, disediakan fasilitas becak air untuk berputar-putar rawa di sekitar kompleks restoran, dan kendaraan motor mini-ATV (all terrain vehicle) untuk menjajal trek off road kecil di bagian lain tempat wisata.
Tiket masuk lokasi ini relatif masih murah, yakni Rp 2.500/orang ditambah tarif parkir mobil Rp 5.000/mobil. Keindahan sederhana di rawa yang terkenal dengan legenda Baru Klinthing-nya ini menjadi bisa dinikmati banyak orang dengan dibangunnya JLA. Selama ini, keindahan itu seolah tersembunyi karena pengguna jalan "dipaksa" melewati keruwetan kota Ambarawa.
Selain menikmati keindahan pemandangan Rawa Pening, pengguna JLA juga bisa menyaksikan peninggalan bersejarah sisa-sisa Benteng Pendhem secara utuh. Kompleks benteng besar ini dulunya digunakan pasukan kolonial Belanda dan memiliki makna sejarah penting, tetapi selama ini seolah benar-benar "terpendam".
Pembangunan jalan lingkar seperti ini diharapkan akan makin digiatkan pemerintah di masa depan. Selain mengurangi kemacetan di jalanan dalam kota yang makin parah, jalur lingkar ini bisa membuka peluang terbukanya potensi wisata setempat.

Rabu, 10 April 2013

PEMBAGIAN E-KTP DI KECAMATAN BANYUBIRU

PEMBAGIAN E-KTP DI KECAMATAN BANYUBIRU KHUSUSNYA DESA KEBUMEN

Kami mengucapkan selamat kepada warga desa Kebumen yang telah menerima e-ktp baru, semoga dengan e-ktp baru ini untuk semua identitas warga desa Kebumen pada khususnya mudah untuk didata. Terutama nanti Kepala Desa memudahkan dalam mengecek warga desanya, sehingga apabila ada Team Pemantau atau Bapak Bupati datang, Kepala desa bisa menjawab dan menjelaskan berkaitan dengan data warga desa Kebumen.
Sekali lagi kami ucapkan selamat kepada warga desa Kebumen yang telah menerima e-ktp baru.

Administrator

Senin, 04 Februari 2013

Pemilihan Kepala Desa Kebumen

PEMILIHAN KEPALA DESA
DESA KEBUMEN KEC. BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG


Tepatnya pada hari minggu tanggal 3 Februari 2013 telah dilaksanakan pemilihan Kepala Desa Kebumen. Ada dua calon yaitu Bpk M. Sholeh (Calon dari Kepala Desa periode 2007 - 2013) dan Bpk Partono (Calon baru dari TNI AD KODAM Salatiga). Setelah lewat proses pemilihan sampai perhitungan menjelang jam 18.00 akhirnya diputuskan yang memenangkan kursi kepemimpinan Kepala Desa Kebumen periode 2013 - 2019, yaitu Bp Partono dengan peolehan suara selisih 1000 suara. Kami mengucapkan Selamat Atas terpilihnya Bpk Partono sebagai Kepala Desa Kebumen periode 2013 - 2019,semoga dengan kepemimpinan Bapak, desa Kebumen akan lebih berkembang dalam perkembangan disegala sektor yang ada. Baik sektor pertanian maupun sektor yang lainnya.

Administrator
Dsn Krajansari RT 02 / RW 06 Kebumen - Banyubiru Kab. Semarang