Desaku
adalah suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,yang dihuni
sekelompok masyarakat dimana sebagian besar pencahariaanya adalah seorang
petani,dengan jmlah penduduk kurang dari 2000 orang.Awal mula terbentuknya
desaku yaitu Pada tahun 1938 terjadi bencana alam di desaku berupa banjir
bandang dan banjir bandang itu berasal dari Kali Pancur.Ada suatu tempat atau
daerah yang dahulunya dikenal sebagai tempat pertapaan yang berada di Pereng
Kuning.Tempat tersebut dijadikan sebuah tempat pengungsian oleh masyarakat
penduduk desaku.Pada saat kejadian itu,juga ada kejadian perang antara
Indonesia dengan belanda.Perang antara Indonesia dan Belanda terjadi kurun
waktu yang lam.Masyarakat pun akhirnya menggungsi di tempat yang lain.Pada
waktu masyarakat sedang menggungsi di tempat tersebut terjadilah bencana yang
melanda tempat penggungsian dan daerah daerah sekitarnya.Banjir tersebut
sanggat merugikan masyarakat dan menghancurkan pemukiman warga penduduk desaku
dan sekitarnya.Bencana alam tersebut mengakibatkan kondisi pemukiman warga
penduduk porak poranda dan masyarakat kalang kabut.Daerah yang dulunya satu
bagian terpecah menjadi dua bagian,yaitu desa Likasan 1 dan Likasan 2.Desa
likasan satu terletak di desa Kebumen,sedangkan desa Likasan dua terletak di
desa Kepil.
Desa
Kebumen yang sekarang menjadi tempat kelahiranku,terletak dibah dusun Kepil.Yang
dulunya ada seorang raja yang sangat tampan
yang bernama raja Welmina yang keturunan dari orang belanda.Raja Welmina
tersebut dapat menghentikan banjir dengan cara menggacungkan payung atau
“CUNGPET”diacungkan payung itu banjirnya mampet atau berhenti.Ditempat
kelahiran ku yaitu desa Kebumen yang dulunya suatu tempat yang dijadikan
sebagai tempat penyimpanan senjata perang orang-orang Belanda.Dikala itu
masyarakat dijajah oleh Jepang hingga sampai tahun 1945 Indonesia merdeka dan penjajah Belanda mundur
hingga tahun 1948.Setelah kemunduran penjajah Belanda,Jepang kembali menjajah
sampai sekitar tahun 1951.
Masyarakat
desaku waktu dahulu kehidupanya masih mengantungkan dengan alam sekitar.Didesaku bermata
pencahariaan sebagai petani.Sedangkan panenya hanya sekali dalam satu
tahun,itupun belum tentu panennya berhasil atau gagal.Begitu saja masih dikenakan
apeti oleh tentara-tentara Jepang,selain dikenakan apeti juga banyak garong
atau rampok yang mengambil hasil panen penduduk atau sumber daya alam
penduduk.Pada waktu itu warga desaku merasakan kesulitan dan kekurangan bahan
makanan.Warga penduduk desaku mulai merasakan semakin lama semakin terhimpit dan
tertindas oleh orang-orang Jepang dan para perampok.
Akhirnya
sebagian masyarakat sementara banyak yang memutuskan untuk mengungsi lagi di
daerah lain yang letaknya jauh dari pemukiman desa.Tempat penggungsiaanya
berada di serandil,yang letaknya persis di bawah gunung Telomoyo.Para garong
atau masyarakat biasa menyebutnya “gagahe neng ngerong” atau rampok.Semakin
lama para rampok itu makin tidak mempunyai hati nurani dan tidak
berperikemanusiaan pada sebagian
penduduk yang yang masih bertahan di desa kebumen.Pada siang hari para
komplotan rampok tidak ada yang beroprasi,para komplotan perampok itu beroprasi
pada malam hari disaat semua warga sudah tertidur lelap,dan perampok mulai
menjalankan tugasnya untuk menggambil semua yang dimiliki masyarakat Kebumen.
Pada
saat itu desaku belum ada penerangan sama sekali sehingga para perampok dengan
leluasa menggambil harta yang dimiliki para warga.Masyarakat disaat itu makan
hanya dengan sisa rampokan yang masih bisa dimanfaatkan.masyarakat hanya makan
hasil alam yang masih tersisa,yaitu seperti ketela,ubi-ubian,kacang-kacangan
dan seadanya.Karena sudah kesal dengan ulah para oarang jepang dan perampok
maka para pemuda,masyarakat dan perangkat desa membentuk sebuah organisasi OPR
(Organisai Pembela Rakyat) yang hanya dengan didasari dengan sebuah ketekatan
dan keberanian untuk melawan para penjajah yang telah merugikan desa kami.Kemudian
para penjajah yang telah gugur dipenjarakan disebuah gedung,yang keberadaan
gedung itu di wilayah Banyubiru yang sekarang wilayah banyubru menjadi sebuah
kecamatan didesaku.Karena paara penjajah yang dipenjara sebagian laki-laki dan
sebagian perempuan maka noni-noni yang dinamai intenerbisa dimanfaatkan
masyarakat dengan cara menukarkan barang-barang kepunyaan noni-noni antara lain
pakaian,perhiasan dan barangbarang berharga lainyayang ditukarkan dengan
makanan .Para penduduk saat itu dapat merasakan kemerdekaan,dan menuai
keuntungan yang sangat banyak.
Sekitar
tahun 1990 listrik mulai masuk di desaku yaitu desa Kebumen tempat kelahiranku
sampai saat ini.Dengan adanya listrik masuk didesaku masyarakat banyak sekali
keuntungan yang didapat antara lain kejahatan juga perampokan yang selama ini
menjadi momok bagi masyarakat kini sedikit demisedikit berkurang.Mata
pencahariaan masyarakat desaku kini mulai menggalami banyak perubahan yang
dulunya sangat kekurangan.Bukan hanya bertani masyarakat Kebumen juga bisa
menciptakan home industri Tahu,Tempe,makanan snak lainya.Yang hasilnya lumayan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Tetapi juga ada yang sebagian sebagai
buruh pabrik dan para pedagang di pasar kebumen.
Didesaku
adat istiadat dan norma agama sangat kuat.Mayoritas penduduk desaku mengganut
agama islam.Dengan rahmad juga rezeki yang telah dilimpahkan maka tiap bulan
sapar diadakan saparan atau slametan desa.Toleransi sosial yang ada didesaku
sangat kuat,dan hubungan kekerabatan warga penduduk desa didasarkan pada
paguyuban,nilai gotong royong yang masih subur,sehingga sanggat menggambarkan
ciri khas dari pedesaan.
Desa
Kebumen berdekatan dengan tempat rekreasi dan tempat pariwisata yaitu sebagai
berikut; pemandaian muncul,pemancingan muncul,taman rekreasi,bukit cinta dan
tak kalah lagi dekat dengan rawa pening.
Utuk
menjaga keutuhan masyarakt biar tetap aman dan damai sampai saat ini masih
diadakanya siskampling,guyup rukun,dan masih adanya tradisi jawa dari nenek
mooyang sampai sekarang,antara lain kelompok yasinan,sekaten,padusan dan masih
ada banyak lagi.Adat istiadat didesaku dari nenek moyang sampai sekarang masih
dijunjung tinggi oleh penduduk desaku.Walaupun tempat tinggalku didesa,tapi tak
kalah juga dengan orang yang bertempat tinggal dikota.Disekitar desaku sudah
ada sekolahan negeri maupun suwasta,semisal; SD,MI,SMP,MTS,dan SMK juga sudan
ada pondok pesantren,yang mempunyai kurang lebih 1500 santri.Walaupun tempat tinggalku didesa tapi kebanyakan para
pemuda di tempat tinggalku berlulusan sarjana,Para pemuda didesaku sanggat
mempunyai semanggat yang tinggi tentang pendidika,dan sangat mengutamakan soal
pendidikan.Para pemuda didesaku kebanyakan setelah lulus dari SMA langsung
keluar dari desa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,dan
ada juga yang mencari sebuah penggalaman kerja.
Di
desaku yaitu desa Kebumen ada 9 dusun atau dukuh.Antara lain;
1. Dukuh
Kepil
2. Dukuh
Likasari
3. Dukuh
Kebonwage
4. Dukuh
Kayumas Lor
5. Dukuh
Kayumas Kidul
6. Dukuh
Gentan
7. Dukuh
Tegaron Wetan
8. Dukuh
Sukodono
9. Dukuh
Demolo
Dari
cerita diatas dapat disimpulkan bahwa tempat tinngalku tergolong dari pedesaan.Dari
dulu hingga sekarang tempat tinggal yang aku tempati adalah
didesa Kebumen.Dari riwayat keluargaku sampai sekarang masih bertempat
tinggal sama seperti yang aku tempati sampai saat ini.Dan tempat tinggalku
masih mempunyai ciri-ciri dan karakter yang kuat dari sebuah desa.Letak tempat
tinggal ku cukup strategis,dan dekat dengan pegunuggan.Sehingga cuaca udaranya
sanggat sejuk tidak seperti dengan cuaca diperkotaan.Masyarakat didesa ku juga
masih percaya dan memegang teguh adat dan tradisi yang ditinggalkan para
leluruh.
Kebiasaan
yang masih dilakukan didesaku sampai saat ini yaitu para penduduk
berlomba-lomba untuk bergotong royong
dalam membantu tetangga sekitar dan juga biasanya penduduk desaku menghabiskan
waktu senggang dengan bersama.Kebanykan ditempat tinggalku tiap depan rumah ada
tempat duduk,dan itu telah dijadikan dari sebuah tradisi ditempat ku dengan makna tersendiri yaitu untuk
bersilaturahmi dengan tetangga lain dan merupakan simbul keterbukaan antara
tetangga.
Itulah
sedikit cerita tentang tempat tinggalku,yaitu desa kebumen.